Jumat, 03 Januari 2014

KEHENDAK YANG TANGGUH



Di suatu daerah, tepatnya pada pedesaan ada seorang anak kecil berusia 5tahun, sianak tumbuh di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayanginya. Tapi ada satu hal yang disayangkan pada diri si anak, sejak kejadian sakit demam yang dialaminya 4tahun yang lalu, di saat si anak berumur satu tahun. Membuat si anak jadi cacat, di mana si anak tidak bisa berjalan normal seperti anak-anak yang lainnya, dia berjalan dengan bantuan tongkat. Ini di akibatkan karena kakinya yang sebelah kanan cacat dan tidak mampu berdiri dan berjalan seperti yang sebelahnya(kaki kirinya).
Namun, berkat keluarga yang sangat menyayanginya, keluarga yang selalu memberi motifasi dan dukungan padanya, si anak akhirnya memiliki semangat dan gairah hidup. Si anak juga mau bergaul dengan orang-orang dan bermain bersama anak-anak lain yang seumurannya.
Suatu saat, si anak meminta pada Ibunya agar di belikan Tas, Buku serta alat tulis lainnya. Ibunya pun terheran-heran, karena tak pernah terbesit dalam pikiran keluarganya hal semacam ini, apa lagi dengan menyekolahkan si anak, karena fisiknya yang cacat. Mungkin selama ini keluarga berpikir, si anak sendiri tidak mungkin mau duduk di bangku sekolah mengingat kondisi yang seperti ini.
Akhirnya si Ibu bertanya pada anaknya;
Nak, untuk apa itu di belikan, kamu khan masih kecil?
Si anak menjawab;
Saya ingin sekolah seperti teman-teman yang lainnya Bu…
Si Ibu yang mendengar kata-kata anaknya ini, langsung meneteskan air mata, sambil menangis dengan terharunya, dia memeluk anaknya. Berbagai rasa seolah berkecamuk dalam benak dan pikiran si Ibu, dia terharu terharu dengan semangat anaknya yang ingin sekolah, mereka tidak pernah berpikir bahwa anaknya punya keinginan seperti ini. Tapi di satu sisi lain, si ibu juga bertanya dalam hatinya; Bagaimana jika nanti anaknya ini sekolah, apa mungkin dia berjalan dengan membawa tongkat? Apa anaknya ini tidak akan di ejek oleh teman-temannya yang bisa membuat anaknya jadi malu dan tidak percaya diri? Apakah anaknya ini  juga mampu belajar seperti anak-anak yang lainnya yang memiliki fisik yang normal?
Akhirnya si Ibu memutuskan untuk membahas hal ini pada suaminya dan keluarga yang lainnya. Kemudian si Ibu berkata pada anaknya:
Nak, nanti Ibu bilangin ke Bapak ya…
Malam harinya, si Ibu membicarakan hal ini pada suaminya. Sama halnya dengan Ibu si anak, suaminya juga terkejut dengan permintaan anaknya ini.
Tapi namanya Orang Tua, karena didorong oleh rasa kasihan dan mereka tidak mau mengecewakan serta membuat anaknya sedih, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli tas, pensil dan buku tulis buat anaknya ini.
Keesokan harinya, setelah si Bapak pulang dari pasar dan membelikan perlengkapan tulis buat anaknya, kemudian si bapak bersama si Ibu memberikan pada anaknya. Dengan gembiranya setelah menerima semua itu, si anak bersorak gembira dan memeluk Bapak dan Ibunya, seraya mengucapkan terima kasih.
Hingga tiba saatnya malam, saat waktunya makan malam bersama keluarga. Semua anggota keluarga terheran-heran, karena si anak tidak berada di tengah-tengah mereka. Biasanya si anak selalu saja duluan hadir di meja makan, karena kebiasaan dan kesukaan si anak untuk memimpin doa sebelum keluarga ini makan bersama setiap malam.
Akhirnya si Ibu memanggil anaknya;
Jar…! (Fajar-nama sianak), kamu dimana nak?
Si anak menjawab;
Nich lagi nulis Ma, tinggal empat lagi… sudah mau selesai kog Ma…
Semua orang yang berkumpul di meja makan itu terheran, mungkin mereka bertanya-tanya tentang apa yang di tulis si anak dan apa maksud dari yang empat lagi. Karena sepengetahuan mereka si anak tidak bisa menulis dan tidak pernah belajar tentang huruf maupun angka.
Dalam keadaan semuanya sedang kebingungan, tiba-tiba sianak muncul dengan membawa bukunya, lalu dia menyerahkan pada Ibunya.
Ketika si Ibu dan Bapak si anak membuka buku tersebut dan memperhatikannya, ternyata kerja si anak tadi di kamar adalah menulis sebuah kalimat “Ini Bapak Budi” sebanyak satu halaman penuh.
Setelah ditanya , tentang apa yang disebut si anak “Tinggal empat lagi”.
Sianak menjawab dan menjelaskan bahwa dari tadi sore dia menulis buku itu dan ternyata sewaktu di panggil tadi oleh Ibunya, masih ada satu kata terakhir pada baris terakhir yang belum selesai yaitu: B U D I.
Setelah selesai makan, mereka bertanya pada sianak tentang; Dari mana dia tau menulis? Dari mana dia tau membaca? Dari mana dia tau angka?
Si anak menjelaskan bahwa, ternyata selama ini dia diam-diam belajar bersama teman mainnya dan slalu meminjam buku dari teman-temannya yang sudah bersekolah.
Singkat cerita, orang tua dan keluarganya sangat terharu dan bangga dengan diri dan pribadi serta kemauan dan semangat si anak. Akhirnya mereka berjanji pada si anak bahwa mereka akan membelikan buku pelajaran sekolah dan akan menyekolahkannya pada tahun ajaran depan.

Cerita diatas, merupakan sebuah gambaran bagi kita tentang sebagian kecil kisah nyata dari kehidupan seseorang. Namun kisah diatas memiliki makna yang sangat besar bagi para pembaca yang budiman, jika dihayati dan disimak dengan seksama.

Banyak Orang tua yang khawatir akan masa depan anaknya, namun mereka tidak tanggap dan bertindak dari sekarang.
Banyak orang tua yang ingin melihat anaknya sukses, namun mereka mengalah dengan keadaan.
Untuk itu, saya berharap banyak bagi para pembaca, terlebih dengan yang sudah berkeluarga dan memiliki anak supaya bertindak dan berusaha dari sekarang, agar berpikir keras dari sekarang tentang bagaimana cara menyekolahkan anak setinggi-tingginya, agar anak anda menjadi sukses dan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negaranya, menjadi berguna di tengah-tengah masyarakat dan keluarga. Mulai sekarang anda dituntut untuk berusaha keras, berpikir keras tentang bagaimana mendidik dan mengarahkan mereka serta memberikan motifasi buat mereka, sehingga mereka (anak-anak anda) punya semangat dalam hidupnya, agar mereka memiliki budi pekerti yang luhur, dan tentunya agar mereka bisa meraih kesuksesan di hidupnya.
Saya teringat dengan wejangan orang tua saya dulunya.
“Nak, jika Bapak dan Ibumu hanya menginjakan kaki di bangku SMP(SLTP kalau sekarang), maka kami sebagai Orang tua kalian akan berusaha agar kalian setidaknya menginjakkan kaki di bangku SMA (SLTA kalau sekarang). Jika kalian nantinya hanya sampai pada bangku SMA, maka kalian juga harus berusaha agar anak kalian (cucu Bapak dan Ibu) setidaknya harus menginjakkan kaki di bangku kuliah minimal Diplomat”.
Itu terbukti bagi saya dan keluarga, yang dulunya Bapak dan Ibu saya hanya menginjak bangku di SMP, tapi kami sudah menginjakkan kaki di bangku kuliah, walaupun saya sampai sekarang belum selesai (kuliahnya) Hehehe……..
Tapi jangan salah, adek-adek saya sudah tiga orang selesai sarjananya dan mereka semua pada kerja, tinggal satu orang lagi yaitu si bungsu kami yang masih di bangku kuliah saat ini.
Orang tua akan bangga jika melihat anaknya bisa mencapai target yang dia inginkan, untuk itu kita sebagai anak harus berusaha melakukan yang terbaik dan jangan menggagalkan impian Orang tua kita. Karena anak adalah, harta yang paling besar buat orang tua, melihat anaknya bahagia saja Orang tua sudah betapa senangnya.

Dari cerita diatas, kita juga sebagai seourang anak dalam keluarga harus memiliki semangat dan berusaha, kita harus menunjukkan bahwa kita mampu dan layak untuk jadi yang terbaik. Ada sebuah kata bijak mengatakan “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik saja, kekuatan datang dari kehendak yang tangguh”. (Mahatma Gandhi)
Bayangkan saja dari cerita diatas, mungkin tadinya Orang tua si anak tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan sekolah, yah wajar saja seperti itu terjadi karena melihat latar belakang dan fisik si anak yang cacat.
Tetapi karena kehendak/keinginan yang kuat dan semangat dalam diri si anak , serta  si anak juga mampu membuktikan pada Orang tuanya bahwa dia mampu, maka Oranng tua pun tergerak hatinya untuk menyekolahkan anaknya ini.

Begitu juga dalam kehidupan kita sehari-hari, terkadang kita kerap dihadpkan pada masalah, terbentur dengan keadaan tapi kita jangan menyerah.
Mungkin kita ingin buka usaha, namun tidak memiliki modal yang cukup. Mungkin kita ingin melamar pekerjaan, namun tidak ada lowongan pekerjaan.
Jangan berputus asa! Berdoalah pada Tuhan, mohon petunjuk dan jalan pada-Nya, serta teruslah berusaha dan berjuang. Percayalah bahwa ada jawaban dari semua pergumulan anda. Karena Iman tanpa usaha, akan sia-sia dan Usaha juga tanpa Iman akan kosong belaka. Tunjukkan sikap positif dan sportif anda, saya percaya bahwa ada potensi yang luar biasa dalam diri anda, dan saya juga yakin bahwa anda mampu berbuat lebih banyak lagi di kehidupan ini.

Carilah orang-orang bijak yang mampu memotifasi anda, carilah orang yang memiliki modal yang bisa memodali dan membantu usaha anda dan tunjukkan kemampuan anda pada mereka.
Tunjukkanlah sikap ulet, rajin, semangat, kemampuan, dan kejujuran yang tercermin dari dalam diri dan pribadi anda, maka percayalah bahwa lapangan pekerjaan banyak menanti anda. Bukan hanya itu saja, anda bahkan mampu membuka lapangan kerja
Tunjukkan kelebihan dan kemampuan yang anda miliki, bangunkan singa yang tertidur dari dalam diri anda, bakarlah energy positif anda dan nyalakan, percayalah bahwa masa depan yang begitu cemerlangnya ada di genggaman anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar