Di suatu daerah,
tepatnya pada pedesaan ada seorang anak kecil berusia 5tahun, sianak tumbuh di
tengah-tengah keluarga yang sangat menyayanginya. Tapi ada satu hal yang
disayangkan pada diri si anak, sejak kejadian sakit demam yang dialaminya
4tahun yang lalu, di saat si anak berumur satu tahun. Membuat si anak jadi
cacat, di mana si anak tidak bisa berjalan normal seperti anak-anak yang
lainnya, dia berjalan dengan bantuan tongkat. Ini di akibatkan karena kakinya
yang sebelah kanan cacat dan tidak mampu berdiri dan berjalan seperti yang
sebelahnya(kaki kirinya).
Namun, berkat keluarga
yang sangat menyayanginya, keluarga yang selalu memberi motifasi dan dukungan
padanya, si anak akhirnya memiliki semangat dan gairah hidup. Si anak juga mau
bergaul dengan orang-orang dan bermain bersama anak-anak lain yang seumurannya.
Suatu saat, si anak
meminta pada Ibunya agar di belikan Tas, Buku serta alat tulis lainnya. Ibunya
pun terheran-heran, karena tak pernah terbesit dalam pikiran keluarganya hal
semacam ini, apa lagi dengan menyekolahkan si anak, karena fisiknya yang cacat.
Mungkin selama ini keluarga berpikir, si anak sendiri tidak mungkin mau duduk
di bangku sekolah mengingat kondisi yang seperti ini.
Akhirnya si Ibu
bertanya pada anaknya;
Nak, untuk apa itu di belikan, kamu
khan masih kecil?
Si anak menjawab;
Saya ingin sekolah seperti
teman-teman yang lainnya Bu…
Si Ibu yang mendengar
kata-kata anaknya ini, langsung meneteskan air mata, sambil menangis dengan
terharunya, dia memeluk anaknya. Berbagai rasa seolah berkecamuk dalam benak
dan pikiran si Ibu, dia terharu terharu dengan semangat anaknya yang ingin
sekolah, mereka tidak pernah berpikir bahwa anaknya punya keinginan seperti
ini. Tapi di satu sisi lain, si ibu juga bertanya dalam hatinya; Bagaimana jika
nanti anaknya ini sekolah, apa mungkin dia berjalan dengan membawa tongkat? Apa
anaknya ini tidak akan di ejek oleh teman-temannya yang bisa membuat anaknya
jadi malu dan tidak percaya diri? Apakah anaknya ini juga mampu belajar seperti anak-anak yang
lainnya yang memiliki fisik yang normal?
Akhirnya si Ibu
memutuskan untuk membahas hal ini pada suaminya dan keluarga yang lainnya.
Kemudian si Ibu berkata pada anaknya:
Nak, nanti Ibu bilangin ke Bapak ya…
Malam harinya, si Ibu
membicarakan hal ini pada suaminya. Sama halnya dengan Ibu si anak, suaminya
juga terkejut dengan permintaan anaknya ini.
Tapi namanya Orang Tua,
karena didorong oleh rasa kasihan dan mereka tidak mau mengecewakan serta
membuat anaknya sedih, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli tas, pensil dan
buku tulis buat anaknya ini.
Keesokan harinya,
setelah si Bapak pulang dari pasar dan membelikan perlengkapan tulis buat
anaknya, kemudian si bapak bersama si Ibu memberikan pada anaknya. Dengan
gembiranya setelah menerima semua itu, si anak bersorak gembira dan memeluk
Bapak dan Ibunya, seraya mengucapkan terima kasih.
Hingga tiba saatnya
malam, saat waktunya makan malam bersama keluarga. Semua anggota keluarga
terheran-heran, karena si anak tidak berada di tengah-tengah mereka. Biasanya
si anak selalu saja duluan hadir di meja makan, karena kebiasaan dan kesukaan
si anak untuk memimpin doa sebelum keluarga ini makan bersama setiap malam.
Akhirnya si Ibu
memanggil anaknya;
Jar…! (Fajar-nama
sianak), kamu dimana nak?
Si anak menjawab;
Nich lagi nulis Ma,
tinggal empat lagi… sudah mau selesai kog Ma…
Semua orang yang
berkumpul di meja makan itu terheran, mungkin mereka bertanya-tanya tentang apa
yang di tulis si anak dan apa maksud dari yang empat lagi. Karena sepengetahuan
mereka si anak tidak bisa menulis dan tidak pernah belajar tentang huruf maupun
angka.
Dalam keadaan semuanya
sedang kebingungan, tiba-tiba sianak muncul dengan membawa bukunya, lalu dia
menyerahkan pada Ibunya.
Ketika si Ibu dan Bapak
si anak membuka buku tersebut dan memperhatikannya, ternyata kerja si anak tadi
di kamar adalah menulis sebuah kalimat “Ini Bapak Budi” sebanyak satu halaman
penuh.
Setelah ditanya , tentang
apa yang disebut si anak “Tinggal empat lagi”.
Sianak menjawab dan
menjelaskan bahwa dari tadi sore dia menulis buku itu dan ternyata sewaktu di
panggil tadi oleh Ibunya, masih ada satu kata terakhir pada baris terakhir yang
belum selesai yaitu: B U D I.
Setelah selesai makan,
mereka bertanya pada sianak tentang; Dari mana dia tau menulis? Dari mana dia
tau membaca? Dari mana dia tau angka?
Si anak menjelaskan
bahwa, ternyata selama ini dia diam-diam belajar bersama teman mainnya dan
slalu meminjam buku dari teman-temannya yang sudah bersekolah.
Singkat cerita, orang
tua dan keluarganya sangat terharu dan bangga dengan diri dan pribadi serta
kemauan dan semangat si anak. Akhirnya mereka berjanji pada si anak bahwa
mereka akan membelikan buku pelajaran sekolah dan akan menyekolahkannya pada
tahun ajaran depan.
Cerita diatas,
merupakan sebuah gambaran bagi kita tentang sebagian kecil kisah nyata dari
kehidupan seseorang. Namun kisah diatas memiliki makna yang sangat besar bagi
para pembaca yang budiman, jika dihayati dan disimak dengan seksama.
Banyak Orang tua yang
khawatir akan masa depan anaknya, namun mereka tidak tanggap dan bertindak dari
sekarang.
Banyak orang tua yang
ingin melihat anaknya sukses, namun mereka mengalah dengan keadaan.
Untuk itu, saya
berharap banyak bagi para pembaca, terlebih dengan yang sudah berkeluarga dan
memiliki anak supaya bertindak dan berusaha dari sekarang, agar berpikir keras
dari sekarang tentang bagaimana cara menyekolahkan anak setinggi-tingginya,
agar anak anda menjadi sukses dan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan
negaranya, menjadi berguna di tengah-tengah masyarakat dan keluarga. Mulai
sekarang anda dituntut untuk berusaha keras, berpikir keras tentang bagaimana
mendidik dan mengarahkan mereka serta memberikan motifasi buat mereka, sehingga
mereka (anak-anak anda) punya semangat dalam hidupnya, agar mereka memiliki
budi pekerti yang luhur, dan tentunya agar mereka bisa meraih kesuksesan di
hidupnya.
Saya teringat dengan
wejangan orang tua saya dulunya.
“Nak, jika Bapak dan
Ibumu hanya menginjakan kaki di bangku SMP(SLTP kalau sekarang), maka kami
sebagai Orang tua kalian akan berusaha agar kalian setidaknya menginjakkan kaki
di bangku SMA (SLTA kalau sekarang). Jika kalian nantinya hanya sampai pada
bangku SMA, maka kalian juga harus berusaha agar anak kalian (cucu Bapak dan
Ibu) setidaknya harus menginjakkan kaki di bangku kuliah minimal Diplomat”.
Itu terbukti bagi saya
dan keluarga, yang dulunya Bapak dan Ibu saya hanya menginjak bangku di SMP,
tapi kami sudah menginjakkan kaki di bangku kuliah, walaupun saya sampai
sekarang belum selesai (kuliahnya) Hehehe……..
Tapi jangan salah,
adek-adek saya sudah tiga orang selesai sarjananya dan mereka semua pada kerja,
tinggal satu orang lagi yaitu si bungsu kami yang masih di bangku kuliah saat
ini.
Orang tua akan bangga
jika melihat anaknya bisa mencapai target yang dia inginkan, untuk itu kita
sebagai anak harus berusaha melakukan yang terbaik dan jangan menggagalkan
impian Orang tua kita. Karena anak adalah, harta yang paling besar buat orang
tua, melihat anaknya bahagia saja Orang tua sudah betapa senangnya.
Dari cerita diatas,
kita juga sebagai seourang anak dalam keluarga harus memiliki semangat dan
berusaha, kita harus menunjukkan bahwa kita mampu dan layak untuk jadi yang
terbaik. Ada sebuah kata bijak mengatakan “Kekuatan tidak datang dari kemampuan
fisik saja, kekuatan datang dari kehendak yang tangguh”. (Mahatma Gandhi)
Bayangkan saja dari
cerita diatas, mungkin tadinya Orang tua si anak tidak pernah berpikir bahwa
anaknya akan sekolah, yah wajar saja seperti itu terjadi karena melihat latar
belakang dan fisik si anak yang cacat.
Tetapi karena
kehendak/keinginan yang kuat dan semangat dalam diri si anak , serta si anak juga mampu membuktikan pada Orang
tuanya bahwa dia mampu, maka Oranng tua pun tergerak hatinya untuk
menyekolahkan anaknya ini.
Begitu juga dalam
kehidupan kita sehari-hari, terkadang kita kerap dihadpkan pada masalah,
terbentur dengan keadaan tapi kita jangan menyerah.
Mungkin kita ingin buka
usaha, namun tidak memiliki modal yang cukup. Mungkin kita ingin melamar
pekerjaan, namun tidak ada lowongan pekerjaan.
Jangan berputus asa!
Berdoalah pada Tuhan, mohon petunjuk dan jalan pada-Nya, serta teruslah
berusaha dan berjuang. Percayalah bahwa ada jawaban dari semua pergumulan anda.
Karena Iman tanpa usaha, akan sia-sia dan Usaha juga tanpa Iman akan kosong
belaka. Tunjukkan sikap positif dan sportif anda, saya percaya bahwa ada
potensi yang luar biasa dalam diri anda, dan saya juga yakin bahwa anda mampu
berbuat lebih banyak lagi di kehidupan ini.
Carilah orang-orang
bijak yang mampu memotifasi anda, carilah orang yang memiliki modal yang bisa
memodali dan membantu usaha anda dan tunjukkan kemampuan anda pada mereka.
Tunjukkanlah sikap
ulet, rajin, semangat, kemampuan, dan kejujuran yang tercermin dari dalam diri
dan pribadi anda, maka percayalah bahwa lapangan pekerjaan banyak menanti anda.
Bukan hanya itu saja, anda bahkan mampu membuka lapangan kerja
Tunjukkan kelebihan dan kemampuan
yang anda miliki, bangunkan singa yang tertidur dari dalam diri anda, bakarlah
energy positif anda dan nyalakan, percayalah bahwa masa depan yang begitu
cemerlangnya ada di genggaman anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar